RSS

Jika Pemuda

03 Nov

Jika kau artikan pemuda adalah ia yang semangatnya membara, maka baiknya kau lihat saja bapak tua penarik becak di pelosok desa. Nyala semangat kerjanya jauh melampaui manusia-manusia berseragam SMA yang sehari-harinya menghabiskan waktu di pinggir-pinggir jalan raya, sekedar menghabiskan jatah uang saku dari papa mama.

Jika kau artikan pemuda adalah ia yang nuraninya menjangkau sekitarnya, maka baiknya kau lihat saja ibu guru pengajar SD negeri. Nuraninya jauh melampaui manusia-manusia berseragam SMP yang asyik bermain di dunia maya, berselancar tak jelas dan tak peduli dengan sekitarnya.

Jika kau artikan pemuda adalah ia yang cerdasnya menjadi harapan bangsa, maka baiknya kau lihat saja gadis cilik berkepang dua, yang menyeberang sungai dengan satu tali, untuk berjalan menuju sekolah dasarnya.  Visi dan impian besarnya jauh melampaui manusia-manusia muda berkerah mahal dan bermobil yang tiap harinya belajar di ruang-ruang ber-AC, sekedar menaikkan gengsi dan nama baik keluarga.

Pada harapan jagat raya, setitik dua titik noktah menutupi kertas putih hati nurani milik pemuda. Tentang ego, tentang gengsi, tentang materi semata.

Tapi, hey semesta, jangan kau sesedih dan semerunduk itu!

sebab harapan itu masih ada..

Jika kau artikan pemuda adalah ia yang semangatnya membara, silakan sentuh jaket-jaket almamater yang tak lagi harum dan tak lagi licin terasa. Bercampur keringat dan debu jalanan, atau mungkin wangi gedung-gedung wakil rakyat punya. Ia menjadi saksi atas terbakarnya semangat karena hak rakyat yang teraniaya.

Jika kau artikan pemuda adalah ia yang nuraninya menjangkau sekitarnya, silakan lihat grafik pendaftar Indonesia Mengajar milik bapak muda pemilik jiwa muda. Tak pernah surut walau pelosok dan kesendirian adalah konsekuensi mutlak dari  tersalurnya kepedulian untuk cikal bakal anak bangsa.

Jika kau artikan pemuda adalah ia yang cerdasnya menjadi harapan bangsa, silakan tengok wajah-wajah serius bermata cekung, yang kadar tidur dan beban fikirannya membuat ia jauh lebih dewasa. Satu dua hingga sepuluh kali menjadi jawara, bukan untuk ketenaran dan popularitas dirinya. Rakyat, bangsa, bahkan dunia adalah kata-kata yang menjejali benaknya.

Pemuda ia, yang tahu persis untuk apa yang ia dicipta. Bukan soal usia biologis semata, tapi tentang semangat, nurani dan kecerdasan yang tak habis dilekang masa. Maka kau, aku, dia, kita semua, adalah pemuda. Pada bingkai perlombaan menuju akhirat dengan sebaik-baik dan sebanyak-banyak bekal yang bisa kita bawa.

SA–Whitedorm, 031111

 
Leave a comment

Posted by on November 3, 2011 in Karya Bebas, Tugas

 

Leave a comment